Penting Buat Akhwat & Perlu Juga Buat Ikhwan


Maksud dari judul diatas adalah seputar masalah haidh, yang kiranya penting n wajib banget buat akhwat, khususnya yang belum tahu haidh dari segi hukum n haditsnya. Perlu buat ikhwan juga, soalnya dia bakal jadi suami yang mo mimpin istrinya. So, dia harus tahu banget masalah beginian, biar nanti pas ditanyain sama istrinya, ga telmi, liat buku dulu, or liat kitab dulu sebelum jawab soal. Kan gengsi klo gitu. Kwkwkwk. Makanya buat ukhti ato akhi yang numpang lewat di blog ini, sebelum ditutup, wajib dibaca ni coretan yang di bawah ni.

Sebenernya tabu buat penulis ngomongin beginian di publik, tapi berhubung ini masalah fiqih yang harus buka-bukaan n harus jelas, di sisi lain juga ada manfaatnya buat penulis (jadi buka2 kitab) n temen2 yang ngebutuhin pengetahuan ini, terutama yang nanyain masalah beginian, mau ga mau harus ditulis. Disini, penulis cuma ngejelasin hukum-hukumnya aja. Adapun masalah keluhan ato praktek, itu bisa tanya langsung sama ukhti, dokter, atau bidan, yang paham banget sama masalah ini. Berikut penjelasan tentang haidh disertai soal-soal sebelum ngejelasinnya.

Masalah haidh termasuk masalah yang khusus diantara masalah hukum penting lainnya. Sebab haidh ini dibahas secara khusus, ga bakal masuk ke hukum thaharah, sholat, baca quran, puasa, i'tikaf, n hukum yang lain. Haidh bakal ngebahas yang namanya darah doank, bukan darah abis luka ya. Tapi darah ini darah khusus yang ada di tubuh ukhti yang bakal keluar lewat (afwan) farj-nya. Haidh ini termasuk salah salah satu penyebab terjadinya mandi wajib. Trus, temennya haidh siapa aja? Diantaranya adalah; ngelakuin junub, si ibu yang melahirkan, sama orang yang meninggal. Tapi, buat kali ini penulis cuma mo ngejelasin yang haidh-nya aja, n bakal nyambung ke masalah nifas, istihadhah, sama buntut2nya.


Darah itu apa sih?

Sebelum masuk ke masalah haidh, penulis pengen ngejelasin pengertian tentang darah dulu, biar semuanya lengkap. Darah secara bahasa adalah sesuatu yang keluar dari dalam tubuh karana adanya luka. Tapi klo udah masuk ke pembahasan haidh, pengertiannya berubah jadi sesuatu yang keluar dari dalam tubuh, baik itu karena luka ataupun tidak.


Trus klo darah perempuan macamnya apa aja?

Ulama fiqih sepakat klo darah perempuan itu dibagi jadi 3, antara lain; darah haidh, darah nifas, sama darah istihadhah. Trus Imam Syafi'i nambahin satu lagi, yaitu; darah fasid (rusak).

Hakikatnya, darah perempuan yang punya waktu-waktu tertentu untuk keluar dari farj yang sesuai sama hukum syariat yang khusus itu ada dua; darah haidh sama darah nifas aja, karena dua darah tersebut adalah darah yang bersih dari penyakit. Adapun darah istihadhah sama darah fasid itu darah yang terjadi karena adanya penyakit. Klo darah istihadhah itu darah yang terjadi karena adanya penyakit yang terpengaruh dari darah haidh, darahnya kaya darah haidh cuma ga punya ciri yang ada pada darah haidh, klo darah fasid itu darah penyakit yang beda banget sama darah haidh. Kata Imam Syafi'i; "Kalau seorang perempuan mengeluarkan darah dari farj-nya sebelum umur 9 tahun, maka itu dinamakan darah fasid, bukan darah istihadhah. Sebab darah istihadhah itu keluar seperti keluarnya darah haid berdasarkan waktunya dan karena pengaruh juga dari darah haidh" (bisa diliat di Kitab Bidayatul Mujtahid)


Apa sih haidh itu?

Pengertian darah-darah perempuan dah kelar, sekarang kita menuju ke pembahasan haidh. Haidh menurut arti bahasa dikatakan aliran air, tapi klo menurut istilah syar'i adalah; darah alami yang tanpa penyakit yang keluar dari dalam rahim ukhti setelah baligh pada waktu tertentu. Dalilnya apa? Allah berfirman;

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ

"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu". (QS al Baqarah: 222)

Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata pada Fatimah binti Abi Hubaisy Radhiallahu 'anhu; Apabila haidhmu datang, maka tinggalkanlah shalat dan apabila ia berhenti maka bersihkanlah dirimu dari darah itu (mandi) lalu shalatlah." Muttafaq 'Alaihi.


Trus, klo Istihadhah itu apa?

Istihadhah secara bahasa ialah darah umum dan bukan darah haidh. Tapi klo menurut istilah ialah; darah penyakit yang keluar dari pembuluh darah yang dekat dengan rahim, darahnya tidak bau, dan biasanya keluar bukan pada waktu keluar darah haidh. (bener ga tika?)

Klo darah yang seperti ini keluar, cukup dibersihkan saja. Darah ini ngebatalin wudhu, tapi ga wajib mandi besar, tetep bisa ngelaksanain shalat sama puasa.

Diriwayatkan dari Abu Daud, dari Fathimah binti Abu Hubaisy; Bahwasannya ia sedang keluar darah penyakit (istihadhah). Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata kepadanya: "Sesungguhnya darah haid adalah darah hitam yang telah dikenal. Jika memang darah itu yang keluar maka berhentilah dari shalat, namun jika darah yang lain (istihadhah), maka berwudlulah dan shalatlah, karena sesungguhnya darah itu adalah darah penyakit"

Imam Syafii mengkhususkan darah istihadhah ini, dimana darah ini keluar karena ada pengaruh dari darah haidh, sebagaimana yang udah dijelaskan diatas. Berarti bisa dikatakan bahwa orang yang pernah mengeluarkan darah ini sudah baligh. Maka, darah anak perempuan yang belum baligh dan darah ibu yang monopause bukan darah istihadhah, tapi darah fasid, dimana darah fasid ini hanya membatalkan wudhu saja.


Trus Nifas itu apa?

Nifas menurut bahasa artinya kelahiran, tapi klo menurut istilah fiqih ialah darah yang keluar dari farj setelah si ibu melahirkan bayi. Darah ini keluar ditempat keluarnya darah haidh.


Apa aja sih hukum-hukum ketika lagi haidh?

Hukum-hukum ketika lagi haidh sama dengan nifas. Berikut hukum-hukum haidh sama nifas yang sama;

1. Wajib tinggalin Shalat, baik shalat wajib maupun sunnah, tapi klo dah suci dari haidh, ga perlu diqodho, sebagaimana dalil yang udah disebutin di atas, kecuali klo dapet sebagian dari waktunya sebanyak satu rakaat sempurna, baik pada awal maupun akhir waktu shalat tersebut. Contohnya pada awal waktu, ukhti dapat haidh pas sebelum matahari terbenam, dan waktu yang sesaat tadi cukup buat satu rakaat sempurna, maka wajib buat ukhti mengqadha shalat maghrib yang tertinggal tersebut setelah ia suci. Contoh di akhir waktu, ukhti suci dari haid sebelum matahari terbit dan masih sempet dapet satu rakaat dari waktu tersebut, maka wajib buat ukhti segera bersuci dan mengqadha shalat shubuh yang ketinggalan. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim bahwasannya Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa mendapatkan satu rakaat dari shalat, maka dia telah mendapatkan shalat itu”.

2. Tinggalin puasa wajib dan sunnah, tapi klo dah suci, wajib mengqodho yang wajib, dalilnya;

Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Said Radhiyallahu 'anhu: bahwasannya Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada wanita dimana wanita itu bertanya tentang makna setengah agama bagi wanita; "Bukankah jika kamu mengalami haidh kamu tidak sholat dan tidak juga puasa?"

3. Ga boleh masuk masjid, dan ga boleh lewat klo khawatir ngotorin masjid, karena darah itu najis dan haram mengotori masjid dengan najis. Tapi klo ga khawatir, maka boleh ngelewatinya.

4. Ga boleh Thawaf,

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata; Kami pernah melakukan haji bersama Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam, hingga ketika kami sampai di Sarif (suatu tempat yang dekat Ka'bah), tiba-tiba aku datang haid. Kemudian Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam menemuiku dan aku sedang menangis. Beliau bertanya; Apakah kamu datang haid? Aku menjawab: Ya, Beliau bersabda: Sesungguhnya masalah ini sudah merupakan ketentuan Allah atas setiap wanita anak-cucu Adam, maka mandilah kemudian berihramlah untuk haji dan janganlah melakukan thawaf! Riwayat lain mengatakan; (sampai kamu suci)

5. Ga boleh baca al Quran;

Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah bagi wanita yang sedang haid dan junub membaca al Quran". (HR. Tirmidzi)

6. Ga boleh nyentuh al Quran tanpa sampul

لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ

Allah Subhanallahu wa Ta'ala berfirman:

Tidak menyentuhnya (al Quran) kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS al Waqi'ah: 79)

Ulama Syafi'i berpendapat boleh bawa al Quran pake tas tanpa menyentuhnya, ato boleh tafsir al Quran asalkan isi tafsirnya lebih banyak dari al-Quran itu sendiri,

7. Ga boleh ngelakuin jima', boleh nyentuh istri kecuali di daerah antara pusar sampe lutut. Allah Subhanallahu wa Ta'ala berfirman:

فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

"Hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri".

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abdullah bin Said Radhiyallahu 'anhu: bahwasannaya beliau bertanya kepada kepada Nabi: Apa yang halal untukku ketika istriku sedang haidh? Nabi menjawab: "Kamu boleh menggaulinya dalam keadaan ia memakai izaar (kain bawahan menutupi bagian tubuh dari pusar sampai lutut), kemudian beliau menggaulinya (tanpa senggama)".

8. Wajib mandi klo udah bersih dari haidh sama nifas, haditsnya udah ada diatas.


Kapan sih ukhti mulai haidh?

Para Ulama Fiqih punya dua pendapat; yaitu mulainya haidh yang tidak berdasarkan waktu (berdasarkan sifatnya darah keluarnya, baik perempuan yang masih kecil maupun yang sudah dewasa) dan berdasarkan waktu. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah mulainya haidh yang berdasarkan waktu. Dan hal ini juga diperdebatkan, tapi yang lebih kuat adalah pendapat ulama Syafi'iyah, Hambali, dan sebagian Hanafiyah; yaitu ukhti bisa mulai haidh pas udah sempurna umur 9 tahun. Tapi, pas umur segitu ga bisa dikatakan darah haidh secara mutlak, sehingga ketika ukhti berumur 9 tahun mengeluarkan darah, maka darah tersebut harus diliat oleh orang yang udah paham banget tentang darah haidh. Klo ternyata bener itu darah haidh, maka ukhti itu udah baligh, tapi klo bukan darah haidh maka setiap dia ngeluarin darah maka harus selalu diperiksa sampe umur 13 tahun, dimana umur tersebut umur yang mutlak untuk ukhti yang udah baligh.


Gimana klo keluarnya sebelum umur 9 tahun?

Klo keluarnya sebelum umur 9 tahun, maka darah itu adalah darah istihadhah atau darah fasid, kecuali pendapat Ibnu Taimiyah sama Ibnu Hazm yang bilang klo keluarnya darah haidh itu ga berdasarkan waktu, tapi berdasarkan sifat. Walaupun umur berapa aja klo darahnya udah bersifat darah haidh, maka itu udah dikatakan baligh.


Terus, Apa aja sih sifat-sifatnya?

Darah haidh itu biasanya warnanya merah keiteman, punya bau ga sedap, dan keluarnya ga ngucur kaya keluarnya urine, terus keluarnya seperti biasa lazimnya masa haidh. Ukhti yang pernah dapet tapi darahnya warna kuning kaya (afwan) nanah atau keruh antara kekuning-kuningan sama kehitem-iteman, klo itu terjadi pas masa haidh atau nyambung sama haid sebelum suci, maka itu masih dinamakan haid dan berlaku buat ukhti hukum-hukum haid. Tapi klo dapetnya kaya gitu abis masa suci, maka itu bukan darah haidh. Hal ini berdasarkan riwayat dari Ummu 'Athiyah Radhiyallahu 'anha:

“Kami tidak menganggap apa-apa darah yang berwarna kuning atau keruh sesudah suci.” (HR Abu Dawud)

Kemudian juga diriwayatkan sama Bukhari tentang hadits yang nyeritain bahwa akhwat pernah ngasih kepada Aisyah sehelai kain berisi kapas yang terdapat disitu darah warna kuning. Maka Aisyah berkata:

“Janganlah tergesa-gesa sebelum kamu melihat lendir putih”, yaitu cairan putih yang keluar saat habis masa haidh.


Kapan sih mana monopause-nya?

Banyak ulama berbeda pendapat tentang masa habisnya darah haidh, tapi pendapat yang lebih kuat ialah; ketika ukhti umur antara 50 sampai 70 tahun. Tapi, diantara umur 50 sampe 70 tahun adalah masa ragu-ragunya monopause, maka ketika ukhti udah umur 50 atau diatasnya, maka darah yag keluar harus diperiksa oleh orang yang sudah berpengalaman. Klo darah tersebut udah nandain masa monopause masa ia udah habis masa haidhnya, tapi klo belum ada tanda apapun, maka setiap darah yang keluar harus diperiksa sampe umur 70 tahun. Karena umur tersebut umur yang mutlak untuk perempuan monopause.


Gimana klo keluarnya setelah umur 70 tahun?

Klo keluarnya keluarnya setelah umur 70 tahun, maka darah itu adalah darah istihadhah atau darah fasid. Kecuali pendapat Ibnu Taimiyah sama Ibnu Hazm yang bilang klo monopause itu ga berdasarkan waktu, tapi berdasarkan sifat. Walaupun umur berapa aja klo udah abis darah haidhnya n ga ada lagi sifat darah haidh, maka itu udah dikatakan monopause.


Seberapa lama sih masa haidh itu?

Ukuran masa haidh dibagi jadi 3 bagian; yaitu paling sedikit, paling banyak, sama masa standar.

1. Klo yang masa paling dikit; banyak ulama fiqih berpendapat tentang masa haidh yang paling dikit, tapi pendapat yang lebih dipilih adalah masa haidh yang tidak berdasarkan waktu, yaitu; pas darah keluar sekali (trus ga berlanjut), maka yang sekali itulah yang paling dikit.

2. Klo yang masa paling banyak; ulama fiqih berpendapat masa haidh yang

paling banyak adalah selama 15 hari 15 malam.

Gimana klo melebihi dari itu? Klo lebih dari 15 hari 15 malem, maka darah itu adalah darah penyakit atau fasid.

3. Dan standarnya, masa haidh itu adalah selama 6 atau 7 hari sama malemnya.


Sejak kapan bisa dikatakan darah haidh?

Mulainya keluar darah yang bisa dihitung adalah ketika ukhti merasakan darahnya akan keluar sekalipun belum keluar. Itu udah bisa di itung klo ukhti udah haidh.


Trus gimana klo misalkan ukhti make obat penghilang haidh atau penyegera haidh?

Ulama fiqih negasin ga bolehnya pake obat, baik itu buat ngilangin haidh atau buat nyepetin, terkecuali klo darurat, inget! klo darurat. Contohnya kaya ukhti yang mo haji yang udah suci, tapi pas ditengah-tengah mo thawaf, haidhnya dateng, maka ukhti boleh pake obat buat ngilangin haidhnya. Atau juga pas mo haji dan udah tahu pas waktu haji pasti dateng haidh, maka ukhti boleh pake obat buat buat nyepetin dateng bulannya.


Apa hikmahnya?

Seperti yang kita tahu, darah haid asalnya dari penebalan dinding rahim buat nyiapin proses pembentukan janin yang nantinya berfungsi sebagai sumber makanan buat janin yang ada dalam kandungan seorang ibu. Oleh karenanya, seorang ukhti yang hamil, ga akan dapat haidh lagi. Begitu juga sama ukhti yang menyusui, biasanya ga akan dapat lagi, terutama diawal masa penyusuan. Hikmah yang bisa kita petik didalamnya adalah Kekuasaan Allah Subhanallahu wa Ta'ala, Sebaik-baiknya Pencipta, yang udah nyiptain gumpalan darah di rahim seorang ibu sebagai sumber makanan instant buat janin didalamnya, yang tentu aja dia belum bisa nyerna makanan apalagi dapet makanan dari luar kandungan. Maha Bijaksana Allah Subhanallahu wa Ta'ala yang udah ngeluarin darah tersebut dari rahim ukhti yang tidak hamil melalui siklus haidh karena emang ga butuh. Dengan begitu, kondisi rahim ukhti akan selalu siap bila ada janin didalamnya.

Wallahu Subhanahu wa Ta'ala A'lam

Bahan Rujukan

  1. Wasa`il ta`khir al Haidh au Taqdimihi wa Atsarihi fi al Ibadah, karya Prof Dr Mishbah al Mutawalli as Sayyid Hamad, dosen Fiqih Muqorin Universitas Al Azhar
  2. Fiqih Manhaji 'ala Mazhab Imam Syafi`i, 'Ali as Syirbaji
  3. Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, Ibnu Hajar Askolani,
  4. Bulughul Maram

Category:

0 comments:

Post a Comment