Bisa ga sih doa merubah ketetapan Allah?

Sebelum masuk ke doa, izinkan penulis menguraikan tentang ketetapan Allah SWT, agar nantinya penjelasannya menjadi sempurna.


Ketetapan/keputusan Allah disini diartikan; qadha. Sedangkan qadhar adalah ketentuan Allah, dimana keduanya wajib kita imani. Secara makna qadha diarahkan untuk segala keputusan Allah yang telah tercatat sejak zaman azali (tak berwaktu), sedangkan qadhar adalah perwujudan dari qadha. Contoh ringan; Allah SWT menetapkan si Budi sebagai orang yang jenius atau sebagai pengusaha, maka itu yang dinamakan qadha, sedang realita kehidupannya si Budi benar adanya menjadi orang yang jenius atau pengusaha, maka itulah yang dinamakan qadhar.

Rasulullah saw bersabda: “Allah mencatat taqdir-taqdir makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi dengan selisih lima puluh ribu tahun” Hr. Ibnu Majah


Kembali lagi ke qadha (ketetapan), qadha itu dibagi dua, ada qadha mubram dan qadha mu’alaq. Qadha mubram adalah sebuah ketetapan Allah yang sudah tercatat di Lauh Mahfuz dan tidak bisa dirubah-rubah lagi.

Allah SWT berfirman; “Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan Aku tidak mendzalimi hamba-hamba-Ku.” (QS. Qaaf: 29)


Sedangkan qadha mualaq adalah sebuah ketetapan Allah yang sudah tercatat di Lauh al-Mahfuz akan tetapi bisa berubah sesuai dengan kehendak Allah dan itu pulalah tergantung usaha manusia dengan ketaatannya kepada Allah SWT.

Allah berfirman: “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuz).” (QS. Ar-Ra’d: 39)


Kemudian bagaimana caranya agar (qadha muallaq) ketetapan Allah dapat berubah??


Ketetapan Allah dapat berubah bergantung dengan hambanya, maksudnya? Jika seorang hamba senantiasa beribadah tekun, berdoa dan melakukan amalan baik; seperti memperbanyak silaturrahim, niscaya ketetapan Allah terhadap hambanya akan berubah. Rasulullah bersabda; “Qadha tidak bisa ditolak kecuali dengan doa dan umur tidak bisa bertambah kecuali dengan melakukan amalan baik” Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Syaibah, At-Thabrani, dan Bazzar.


Dalam Al-quran Allah SWT mengajak manusia untuk berdoa dan berjanji akan mengabulkannya;

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya niscaya akan Aku perkenankan bagimu” (QS. Ghafir: 60)


Allah SWT juga berfirman;

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku…” (Al-Baqarah: 186)


Bahkan Rasulullah menganjurkan umatnya agar senantiasa berdoa, sebagaimana sabdanya;

“Doa adalah senjata orang mu’min, dan merupakan tiang agama dan cahaya langit dan bumi”Al-Hadits


Terus apa gunanya kita berdoa, sedangkan kita sendiri tidak tahu ketetapan Allah (baik itu mubram ataupun muallaq) yang diberikan kepada kita, apakah itu buruk atau baik?


Justru itulah, kita diwajibkan berusaha, beribadah, berdoa dan melakukan amalan baik agar ketetapan Allah yang diberikan kita adalah ketetapan yang baik-baik saja.


Umar bin Khattab pernah berdoa ketika sedang thawaf;

“Ya Allah, jika Engkau telah mentakdirkan aku tergolong golongan orang-orang yang bahagia, tetaplah aku di dalam keadaan aku (seperti orang-orang yang berbahagia). Sebaliknya jika Engkau telah tetapkan aku di dalam golongan orang-orang yang celaka dan berdosa, hapuskanlah takdir itu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kebahagiaan dan ampunan.”


Jadi bisa disimpulkan ketetapan Allah SWT (muallaq) bisa berubah, sesuai dengan usaha manusia, baik itu berupa doa maupun amalan baik.


Wallahu Ta’ala A’lam bis-Showab.