Suasana Mesir jika dilihat sekarang dengan mata telanjang, mungkin bisa dikatakan mulai membaik. Penutupan jalan sudah dibuka dijalan-jalan raya, warga sudah tidak lagi menjaga pos-pos keamanan yang mereka buat sendiri, toko-toko sudah mulai buka, begitu pula dengan bank-bank. Bahkan bagi yang mendapatkan beasiswa al-Azhar, sudah bisa diambil. Namun, jika melihat ke berbagai titik demonstrasi, masih ada ribuan warga mesir berkumpul melanjutkan demonstrasinya, seperti yang terjadi di Lapangan Tahrir. Mereka tetap bertahan di tempat, tetap menyuarakan aspirasi mereka, tetap menyatakan agar Hosni Mubarak melepaskan jabatannya yang sudah ia jabat selama tiga puluh tahun. Bertahannya mereka di
Beberapa negara lain yang warga negaranya berada di Mesir, memilih untuk evakuasi demi keselamatan warga negaranya, diantara adalah;
Banyak dari kalangan masisir yang ingin dievakuasi, terutama mereka yang merasakan tidak amannya lagi negri kinanah ini, baik itu dari mahasiswa, para TKW, maupun pejabat KBRI itu sendiri. Bahkan, sebagian besar masisir banyak mengalami tindakan kekerasan dari warga mesir maupun polisi, baik itu fisik maupun mental. Selain itu pula, banyak dari masisir sudah kehabisan bekal makanannya dirumah, dan sisa uang mereka yang semakin hari semakin menipis, sehingga evakuasi-lah harapan yang terakhir untuk mereka. Ditambah lagi dengan orang tua mereka yang berada di
Namun, ada sebagian mahasiswa yang merasakan bahwa di mesir ini sudah aman kembali dan mereka tidak ingin dievakuasi. Mereka itulah yang tidak merasakan tindakan kekerasan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh warga mesir maupun polisi, atau mereka merasakannya tetapi enggan dievakuasi. Penyebabnya adalah kekhawatirannya dengan keputusan Universitas Al-Azhar yang tidak libur meski krisis berlangsung, dimana dikatakan bahwa universitas ini akan masuk pada hari Sabtu, 12 Februari. Mereka khawatir jika pemerintah mengembalikan mereka ke mesir lagi -jika sudah aman- ketika ujian akhir semester berlangsung, atau bahkan setelah ujian berlangsung. Pastinya mereka akan rosib alias tidak naik tingkat atau atau tidak lulus bagi mereka yang tingkat empat. Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Al-Azhar tidak mengenal yang namanya rukhshoh atau keringanan bagi mahasiswanya. Mungkin ini yang menjadi penghambat mahasiswa yang mengurungkan niatnya untuk pulang. Hal ini dikecualikan bagi mereka yang sudah berniat akan kembali dengan biaya sendiri jika pemerintah mengembalikan mereka ketika ujian akhir semester berlangsung.
Sebagian masisir yang lain ada pula yang merasakan bahwa mesir ini aman, akan tetapi orang tuanya sangat mengkhawatirkan keberadaan anaknya di mesir, maka mereka pun memilih untuk dievakuasi. Ada pula sebagian yang lain yang merasakan bahwa mesir ini aman, namun karena adanya proses evakuasi dari pihak pemerintah, mereka memanfaatkannya sebagai fasilitas untuk pulang guna bertemu orang tuanya, atau bahkan hanya untuk sekedar pulang karena ada pesawat gratis. Beruntunglah bagi mereka yang sudah menyelesaikan study S1-nya yang tidak kunjung pulang karena tidak adanya biaya sendiri untuk pulang, sehingga dengan adanya proses evakuasi ini mereka bisa pulang. Dan ada sebagian masisir yang lain juga yang berpendapat bahwa mereka merasakan bahwa mesir ini tidak aman akan tetapi mereka tidak ingin pulang. Entah apa yang menjadikan mereka berpendapat seperti ini. Bisa jadi mereka tidak mau pulang dikarenakan belum siap berdakwah kepada masyarakat. Setiap orang mempunyai pendapatnya masing-masing, mana yang lebih ia prioritaskan maka itulah yang ia ambil. Wallahu a'lam.
0 comments:
Post a Comment